ads banner

FTBM Magelang dalam Rangka Rencana Aksi Daerah Pengembangan Budaya Baca

ditulis oleh : Ibu Kiking Nawasari


  1. Pendahuluan

Latar Belakang

Potensi bangsa Indonesia sangat besar apabila ditinjau dari jumlah penduduknya yang terdiri dari berbagai suku, yang memiliki beraneka ragam budaya yang perlu dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya. Namun demikian, potensi yang begitu besar secara kuantitas itu perlu diimbangi dengan kualitas yang dimiliki. United Nations Development Program pada tahun 2000 melaporkan bahwa Human Development Index Indonesia berada pada peringkat 109 dari 174 negara1 dan kondisi ini lebih parah lagi pada tahun 2003, Human Development Index Indonesia berada pada peringkat 112 dari 175 negara. Hal ini berarti kualitas sumber daya manusia masih rendah dan mengalami proses penurunan dari tahun ke tahun. 

Salah satu faktor penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan, yang juga berpengaruh langsung pada sektor ekonomi dan kesehatan. Keadaan tersebut lebih diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan) daripada budaya baca. Budaya ini menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat yang seharusnya mampu mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuannya secara mandiri melalui membaca.

Pemerintah pada saat sekarang ini memberikan perhatian yang besar terhadap dunia pendidikan. Banyak kebijakan yang sudah mulai dikeluarkan, baik yang berkaitan dengan sarana fisik maupun non-fisik. Berkaitan dengan sarana fisik, pemerintah berupaya membangun dan memperbaiki gedung-gedung sekolah serta melengkapi sarana dan prasarana. Berkaitan dengan non-fisik, pemerintah melakukan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru, di samping juga menyediakan beasiswa dan berbagai kemudahan bagi guru-guru yang ingin melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi. Di samping itu pemerintah juga berupaya meningkatkan kesejahteraan guru dan menambah jumlah guru, baik dengan cara mengangkatnya sebagai PNS, kontrak, maupun guru bantu. Salah satu kebijakan pemerintah yang cukup penting dalam meningkatkan

sumber daya manusia yaitu meningkatkan minat baca melalui Gerakan Membaca Nasional. Gerakan membaca ini dicanangkan mulai dari tingkat nasional sampai ke tingkat kabupaten dan kota. Program ini berupaya merubah budaya masyarakat dari budaya tutur kepada budaya baca. Pemerintah juga membuat payung hukum untuk menunjukkan keseriusan dalam meningkatkan minat baca, seperti yang tertuang dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pencanangan Gerakan Membaca Nasional (November 2003).

Kebiasaan membaca perlu dimulai dari usia dini sejak di rumah, di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas hingga perguruan tinggi. Tanpa kebiasaan membaca, maka akan sangat sulit untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kesemuanya berada dalam buku-buku. Kebiasaan membaca dan penguasaan Iptek bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Banyak membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan, dan orang yang menguasai ilmu pengetahuan ialah orang yang memiliki sumber daya yang berkualitas yang dapat melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan semua bangsa. Minat baca, buku dan perpustakaan adalah tiga elemen pokok dalam suatu sistem pendidikan yang dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia. Sebuah negara yang kaya sumber daya manusia akan lebih unggul daripada suatu negara yang kaya sumber daya alam.2

Menurut Fuad Hasan, seperti yang dikutip oleh Sutarno3, Pemicu bagi bangkitnya minat baca ialah kemampuan membaca dan pendorong bagi berseminya budaya baca ialah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca terpelihara oleh tersedianya bahan bacaan yang baik dan menarik. Hal ini menyiratkan bahwa minat baca itu perlu dibangkitkan sejak dini, dimulai dengan perkenalan huruf-huruf dan angka pada masa pendidikan pra-sekolah hingga mantapnya penguasaan baca-tulis-hitung (calistung). Minat baca yang dibangkitkan pada usia dini selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi berkembangnya budaya baca. Suburnya perkembangan budaya baca tentu sangat tergantung dari tersedianya bahan bacaan yang dibutuhkan.


Pengertian Membaca

Membaca adalah kegiatan seseorang dengan menggunakan pengamatan melalui mata untuk menterjemahkan dan menginterprestasikan tanda atau lambang di atas kertas atau bahan lainnya. Jadi membaca merupakan prose ingatan, penilaian, pemikiran, penghayalan, pengorganisasian pemikiran dan pemecahan masalah.

Membaca merupakan alat untuk belajar dan untuk memperoleh kesenangan, informasi yang terkandung dalam suatu bacaan sehingga mendapat pengetahuan dan pengalaman untuk memenuhi kebutuhan manusia atau seseorang4. Dengan demikian membaca dapat dipahami sebagai ; (1) Membaca adalah memahami bahasa tulisan, (2) Membaca adalah suatu proses mental yang rumit, dan (3) Membaca adalah berfikir (pemahaman bacaan adalah rekonstruksi, interpretasi dan evaluasi arti isi tulisan).

Budaya baca merupakan persyaratan yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara apabila kita ingin menjadi bangsa yang maju. Melalui budaya baca, mutu pendidikan dapat ditingkatkan sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui budaya baca pulalah pendidikan seumur hidup (long life education) dapat diwujudkan. Karena dengan kebiasaan membaca seseorang dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Dalam era informasi sekarang ini, mustahil kemajuan dapat dicapai oleh suatu bangsa, jika bangsa itu tidak memiliki budaya baca.

Secara singkat manfaat membaca bagi individu yang bersangkutan sebagai berikut :

1. Dapat merupakan cara untuk mendalami suatu masalah dengan mempelajari sesuatu persoalan hingga dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan  peningkatan kecakapan.

2. Untuk dapat menambah pengetahuan umum tentang sesuatu persoalan.

3. Untuk mencari nilai-nilai hidup sebagai kepentingan pendidikan diri sendiri.

4. Untuk mengisi waktu luang dangan mengamati seni sastra ataupun ceritacerita fiksi yang bermutu.

Manfaat bagi perkembangan masyarakat antara lain :

1. Meningkatkan pengetahuan umum masyarakat;

2. Meningkatkan kecerdasan masyarakat sehingga mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mengembangkan diri;

3. Dapat digunakan sebagai media penerangan serta pengarahan terhadap perkembangan masyarakat;

4. Menumbuhkan sikap kritis sehingga mempu mengadakan koreksi mengenai adanya hal-hal yang merugikan masyarakat;

5. Sebagai media penyampaian gagasan-gagasan baru yang berguna untuk meningkatkan perkembangan masyarakat.


Minat dan Kegemaran Membaca

Minat baca memang belum didefinisikan secara tegas dan jelas. Namun Prof.A. Suhaenah Suparno dari IKIP Jakarta memberi petunjuk mengenai hal ini yaitu tinggi rendahnya minat baca seseorang seharusnya diukur berdasarkan frekuensi dan jumlah bacaan yang dibacanya. Namun perlu ditegaskan bahwa bacaan itu bukan merupakan bacaan wajib. Misalnya bagi pelajar, bukan buku pelajaran sekolah. Jadi seharusnya diukur dari frekuensi dan jumlah bacaan yang dibaca dari jenis bacaan tambahan untuk berbagai keperluan misalnya menambah pengetahuan umum.5

Menurut Baderi Minat baca dipahami sebagai keinginan untuk mengetahui, memahami isi dari apa yang tertulis yang mereka baca. Melalui kegiatan “membaca” manusia mengisi khazanah memorinya dengan informasi yang secara kumulatif akan membentuk dan mempengaruhi prilaku manusia tersebut dalam kiprahnya sebagai makhluk berbudaya. Dengan menggunakan panca inderanya, manusia menyerap informasi yang terkandung dalam objek yang “dibacanya”.6

Kita harus mangakui minat baca masyarakat kita masih rendah. Untuk mencari akar-akarnya tidak sulit, karena sering didiskusikan. Antara lain masih kuatnya budaya dengar dan budaya tulis, kondisi sosial ekonomi masyarakat belum menunjang minat baca dan daya beli masyarakat, kemajuan teknologi dan komunikasi, terutama media elektronik dapat menjadi ancaman untuk minat baca, sistem belajar/mengajar dan kurikulum di sekolah atau perguruan tinggi kurang menunjang kegemaran membaca dan menulis. 

Hasil riset The International Association for the Evaluation of Educational Achievment (IEA) tahun 1992 dalam sebuah Studi Kemampuan Membaca yang dilakukan terhadap 30 negara di dunia termasuk Indonesia, menyimpulkan bahwa kemampuan baca anak-anak Indonesia menduduki rangking ke-29 di atas Venezuela yang menduduki ranking ke-30. Dari seluruh butir soal yang diberikan  kepada anak-anak kelas IV pada Sekolah Dasar kita ternyata yang dapat dijawab dengan “benar” hanya 36,1 %, sedangkan sisanya 63,9 % dijawab secara salah.

Selanjutnya IEA dalam laporannya tahun 1992 menyatakan bahwa SD kita menempati rangking ke-26 dari 27 negara yang dijadikan sampel, sedangkan SMP sedikit lebih baik namun masih ketinggalan dari prestasi rata-rata negara tetangga. Berdasarkan skor (jumlah angka) maka Indonesia menduduki ranking terakhir darurutan Hongkong yang mendapat skor 75,5, Singapura 74, Thailand 65,6 dan skor untuk Indonesia 51,77.

Masalah kegemaran membaca perlu dilihat secara menyeluruh. Masalah minat dan kegemaran membaca ini tidak berdiri sendiri. Secara historis kita harus lihat lingkungan tempat tinggal seseorang sejak kanak-kanak. Yang paling mudah  adalah dengan cara melihat lingkungan keluarga sekitar kita tinggal. Bagaimana sebagian besar keluarga di sekitar kita membina minat baca anak-anaknya. Kita bisa‘perhatikan kebiasaan anak-anak pada hari minggu. Sebagian besar anak-anak akan berada di depan TV sejak pukul 07.00 sampai paling tidak pukul 10.00 atau bahkan lebih. Hampir tidak ada anak yang tekun membaca pada jam-jam tersebut.

Hasil penelitian Saleh dkk8 (1995 dan 1996) melaporkan bahwa sebagian besar orang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk nonton TV dibandingkan dengan membaca (sebagian besar nonton lebih dari 3 jam sedangkan membaca sebagian besar kurang dari 1 jam setiap hari). Bahan bacaannyapun sebagian besar hanya membaca koran dan majalah. Tidak terlalu banyak orang yang membaca buku. Ini merupakan salah satu bukti bahwa minat membaca masyarakat Indonesia masih kalah dibandingkan dengan minat menonton. Bukti lain yang menunjukkan bahwa minat baca dikalangan kaum intelektual juga masih rendah adalah data kunjungan ke perpustakaan oleh mahasiswa yang memperlihatkan betapa sedikitnya mahasiswa yang memanfaatkan perpustakaan. Data dari beberapa perpustakaan perguruan tinggi menunjukkan bahwa pengunjung perpustakaan tersebut tidak lebih dari 10 % dari jumlah mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa berkunjung ke perpustakaan tidak lebih dari 1 kali dalam sebulan. Mahasiswa lebih suka berkumpul di kantin daripada di perpustakaan.

Terlepas dari itu segala suasana suram dalam dunia minat baca, perlu dipahami bahwa perubahan dari budaya dengar dan lisan ke budaya membaca dan menulis, diperlukan langkah-langkah yang strategis dengan melibatkan partisipasi  aktif masyarakat, membaca dan kebiasaan membaca umumnya diperoleh melalui pengalaman belajar membaca.


Pengembangan Minat dan Gemar Membaca

Minat baca dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi kepada sesuatu sumber bacaan tertentu. Sedangkan budaya baca adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang yang mempunyai budaya baca adalah orang yang telah terbiasa dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca.9

Budaya baca merupakan merupakan persyaratan yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara apabila ingin menjadi bangsa yang maju. Melalui budaya baca, mutu pendidikan dapat ditingkatkan sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui budaya baca pulalah pendidikan seumur hidup (life long education) dapat diwujudkan, karena dengan kebiasaan membaca seseorang dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus menerus sepanjang hidupnya. Dalam era informasi sekarang ini, mustahil kemajuan dapat dicapai oleh suatu bangsa jika bangsa itu tidak memiliki budaya baca.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan mencerdaskan bangsa secara cepat dan merata perlu dibina kebiasaan membaca masyarakat. Karena kegiatan membaca merupakan kegiatan belajar dan merupakan kegiatan integral dari kegiatan pendidikan, maka tanggung jawab pengembangannya adalah pada keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pihak-pihak yang ikut bertanggungjawab dalam segi pendidikan yaitu orang tua, guru, pengarang, penerbit, toko buku dan pemerintah. Dalam situasi sekarang dimana kemauan dan kemampuan beli masyarakat masih rendah, maka peranan pemerintah akan sangat menentukan berhasil tidaknya mengembangkan kegiatan dan minat baca. Untuk kepentingan  yang diterbitkan. Yang diharapkan adalah tumbuhnya muinat baca dan adanya kesempatan bagi setiap individu dalam masyarakat untuk dapat membaca dan mengembangkan kebiasaan membaca. Kesempatan ini dapat diusahakan oleh pemerintah dengan penyelenggaraan perpustakaan.

Tujuan pembinaan minat baca adalah untuk menciptakan masyarakat membaca (reading sosiety), masyarakat belajar (learning society) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditandai dengan tercipta sumber daya  manusia (SDM) yang berkualitas sebagai piranti pembangunan nasional menuju masyarakat madani10. Sasaran pembinaan yang dituju adalah masyarakat secara keseluruhan dalam berbagai lapisan yang ada meliputi segala usia, jenis kelamin, jenis dan jenjang pendidikan, jenis pekerjaan atau profesi, dan sebagainya. Menurut Frans M. Parera11, kebijakan pembinaan minat baca masyarakat diarahkan melalui lima jalur, yaitu : (1) Pembinaan melalui jalur rumah tangga dan keluarga, (2) Pembinaan melalui jalur masyarakat dan lingkungan (luar sekolah), (3) Pembinaan melalui jalur pendidikan (sekolah), (4) Pembinaan melalui jalur instansional (perkantoran), dan (5) Pembinaan melalui jalur instansi secara fungsional (perpustakaan nasional, perpustakaan provinsi dan perpustakaan kabupaten/kota).

Selanjutnya dalam menetapkan pola pembinaan minat dan kebiasaan membaca tidak lagi memikirkan keluarga, masyarakat dan pemerintah, akan tetapi memfokuskan perhatian pada pembinaan secara khusus terhadap individu-individu dan sasaran utama adalah anak balita dan remaja, mulai anak usia 1 (satu) tahun sampai 18 (delapanbelas) tahun. 

Membangun budaya baca masyarakat merupakan pekerjaan yang tidak mudah perlu melibatkan berbagai lembaga swasta, organisasi sosial, kmasyarakatan, kepemudaan, profesi, dinas dan instansi terkait. Dengan berkembangnya alat teknologi menyebabkan kepedulian dan daya baca masyarkat berkurang, salah satu teknologi yang digandrungi masyarakat adalah gadget, dengan gadget yang menampilkan berbagai ragam aplikasi yang menyenangkanseperti game on line untuk anak-anak, WhatApp, facebook, dan berbagai alat media sosial ditawarkan dapat menghambat dan menjadi tantangan bagi berkembangnya perpustakaan maupun taman bacaan. Betapa banyak anak-anak sekarang kurang kepedulian sosial karena pengaruh teknologi tersebut, begitu pula kepedulian orang tua terhadap anaknya padahal keluarga adalah madrasah pertama dan kawah candradimuka bagi pembentukan karakter sekaligus basis pendidikan seorang anak, tidak sedikit orang tua yang merasa bangga apabila anaknya telah menguasai memainkan berbagai macam aplikasi dalam gadget, kecanduan anak terhadap gadget justru disebabkan oleh paradigma orang tua yang menganggap gadget merupakan simbol modernisasi.











Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

5. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNPPWB/PBA).

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 tahun 2013 Tentang Satuan

Pendidikan Nonformal.

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Tujuan 

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah untuk meningkatkan peranan pendidikan nonformal dalam mengembangkan masyarakat gemar membaca.

Manfaat 

Manfaat dari kajian ini adalah untuk memberikan masukan kepada penyelenggara satuan pendidikan non formal agar meningkatkan peranannya dalam kaitan untuk mengembangkan dan meningkatkan masyarakat yang gemar membaca


  1. Profil  Kabupaten Magelang- Perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat 

Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas 108.573 ha atau sekitar 3,34 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Magelang mempunyai 21 kecamatan dan terdiri dari 367 desa dan 5 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Kajoran (83,41km2), sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Ngluwar (22,44 km2).

                                                     Gambar Peta Kab Magelang 

                                   http://3.bp.blogspot.com/_sr5pijy0WlU/S4bRtWN1WDI/AAAAAAAAACU/rzKZXcGnYoE/s1600/Peta+Kab.+Magelang4.jpg


Wilayah Kabupaten Magelang berbatasan dengan wilayah kabupaten lain, yaitu:

Sebelah utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang, 

Sebelah timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, 

Sebelah selatan: Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa Yogyakarta,

Sebelah barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo, 

sedangkan di tengahnya terdapat Kota Magelang. 

Letak Kabupaten Magelang yang strategis dapat dilihat dari posisi Kabupaten Magelang yang terletak di antara kota besar yaitu Kota Yogyakarta dan Kota Semarang. Selain itu letak strategis kabupaten tersebut juga dapat dilihat dari letaknya yang di antara jalur pantura dengan jalur selatan-selatan, jalur utara-selatan dan di tengah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Magelang juga berada di antara perlintasan jalur ekonomi yaitu Semarang - Magelang - Purwokerto dan Semarang – Magelang -Yogyakarta-Solo sehingga memudahkan aksesibilitas dan juga dapat mendorong perkembangan ekonomi Kabupaten Magelang.

Jumlah penduduk kabupaten Magelang     pada tahun 2016-2017 sebesar 1.278.624 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 1.177,66 orang per km² . Selanjutnya jumlah penduduk usia masuk SD, usia 6 - 7 tahun  sebesar 39.795, penduduk usia 7 - 12 sebesar 116.407, penduduk usia 13 - 15 sebesar 60.675, dan penduduk 16 -18 tahun sebesar 57.978.

Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok yaitu ; 

  1. Tidak pernah sekolah sebesar 53.724 atau 4,03 %

  2. Tidak/belum tamat SD sebesar 123.243 atau 9,24%

  3. Tamat SD 136.910 atau 10,27%

  4. Tamat SMP 47.182 atau 3,54%

  5. Tamat SMA 42.793 atau 3,21%

  6. Tamat Diploma 11.332 atau 0,85%

  7. Tamat sarjana 11.332 atau 0,85%

  8. Tidak terjawab 917.914 atau 68,86%

Dari data tersebut tingkat pendidikan penduduk Kab.Magelang terbesar adalah tamat SD, Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis sebesar 1.332.436 atau 99.95% sedangkan yang buta huruf sebesar 672 orang atau 0,05%. Menurut keadaan pendidikan pada bab III Profil Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam data prasarana Dikdasmen variabel ke 4, perpustakaan SD = 545, SMP = 154, SMA = 75 jumlah keseluruhan perpustakaan 174. Dan menurut Data Kekurangan dan Kelebihan Prasarana Dikdasmen variabel 2, kekurangan SD = 372, SMP = 47, SMA = 26. Sehingga Dikdasmen masih kekurangan perpustakaan 445.

Kondisi Perpustakaan yang ada di masyarakat Kabupaten Magelang tahun 2017. Jumlah perpustakaan = 791, Taman Bacaan Masyarakat ( TBM) = 24, Perpustakaan Desa = 166, Perpustakaan Masjid = 8, Perpustakaan khusus = 5, Perpustakaan Perguruan Tinggi = 2, Perpustakaan keliling = 2.

Berdasarkan  data tingkat pendidikan, penduduk yang tidak pernah sekolah = 53.724   orang atau 4,03%. Tidak/belum tamat SD sebesar 123.243 atau 9,24%. Tidak/belum tamat SD sebesar 123.243 atau 9,24%.Tamat SD 136.910 atau 10,27%. Tamat SMP 47.182 atau 3,54%. Tamat SMA 42.793 atau 3,21%. Tamat SMA 42.793 atau 3,21%. Dengan demikian tingkat pendidikan adalah tamatan SD. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis sebesar 1.332.436 atau 99.95% sedangkan yang buta huruf sebesar 672 orang atau 0,05%. Oleh karen itu untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan budaya baca, perlu diadakan gerakan yang menumbuh kembangkan budaya membaca agar penduduk yang tidak pernah sekolah dan belum/tidak tamat SD yang bisa meningkatkan taraf hidupnya.

Salah satu program pembangunan pendidikan adalah Program pengembangan Budaya Baca dan Perpustakaan. Program ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca serta penyediaan, bahan bacaan yang berguna bagi aksarawan baru, maupun anggota masyarakat pada umumnya yang membutuhkan untuk, memperluas pengetahuan dan keterampilan demi peningkatan wawasan serta produktivitas masyarakat. TBM sebagai medium pengembangan budaya baca merupakan tempat mengakses berbagai bahan bacaan: seperti buku pelajaran, buku keterampilan praktis, buku pengetahuan, buku keagamaan, buku hiburan, karya-karya sastra serta bahan bacaan lainnya yang sesuai dengan kondisi obyektif dan kebutuhan masyarakat sekitar dan minat baca yang baik aksaran baru, peserta didik jalur Pendidikan Formal dan Non-Formal (warga belajar), dan masyarakat umum tanpa batas usia

Taman bacaan masyarakat adalah untuk melayani kepentingan penduduk yang tinggal disekitarnya. Mereka terdiri atas semua lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, adatistiadat, tingkat pendidikan, umur dan lain sebagainya. Menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 9) Taman Bacaan Masyarakat adalah sebuah tempat / wadah yang didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar TBM Menurut Sutarno NS (2006: 19)Taman Bacaan Masyarakat mempunyai tanngung jawab, wewenang, dan hak masyarakat setempat dalam membangunnya, mengelola dan mengembangkannya. Dalam hal ini perlu dikembangkan rasa untuk ikut memiliki (sense of bel onging), ikut bertanggung jawab (meluhangrukebi). Menurut Amrin (2011: 04)Taman bacaan Masyarakat adalah sebuah lembaga atau unit layanan berbagai kebutuhan bahan bacaan yang dibutuhkan dan berguna bagi setiap orang per orang atau sekelompok masyarakat di desa atau diwilayah TBM berada dalam rangka meningkatkan minat baca dan mewujudkan masyarakat berbudaya baca. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga atau unit layanan yang menyediakan bahan bacaan untuk sekelompok masyarakat di suatu wilayah dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat. Masyarakat menyadari dan menghayati bahwa taman bacaan sangat diperlukan oleh masyarakat. Minat masyarakat terhadap TBM harus terus dibina dan dikembangkan sehingga masyarakat memperoleh informasi yang mereka perlukan.

Dalam memenuhi peranannya sebagai sumber belajar yang dapat memfasilitasi pembelajaran seumur hidup, TBM mempunyai fungsi sebagai tempat belajar dan mencari informasi yang dibutuhkan masyarakat, baik mengenai masalah yang langsung berhubungan dengan masalah pendidikan maupun tidak berhubungan dengan pendidikan. Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman bacaan Masyarakat (2006: 2), fungsi taman bacaan masyarakat adalah : 1. Sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk belajar mandiri, dan sebagai penunjang kurikulum program Pendidikan Luar Sekolah, khususnya program keaksaraan. 2. Sumber informasi yang bersumber dari buku dan bahan bacaan Iainnya yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat. 3. Sumber penelitian dengan menyedikan buku-buku dan bahan bacaan Iainnya dalam studi kepustakaan. 4. Sumber rujukan yang menyediakan bahan referensi bagi pembelajaran dan kegiatan akademik Iainnya. 5. Sumber hiburan (rekreatif) yang menyediakan bahan-bahan bacaan yang sifatnya rekreatif untuk memamfaatkan waktu senggang untuk memperoleh pengetahuan/informasi baru yang menarik dan bermamfaat. Dari uraian diatas TBM menjalankan beberapa fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari fungsi pembelajaran, hiburan dan informasi. TBM melaksanakan kegiatan pelayanannya bervariasi. 


Membangun budaya Baca

Membangun budaya baca masyarakat merupakan pekerjaan yang tidak mudah perlu melibatkan berbagai lembaga swasta, organisasi sosial, kmasyarakatan, kepemudaan, profesi, dinas dan instansi terkait.

Dengan berkembangnya alat teknologi menyebabkan kepedulian dan daya baca masyarkat berkurang, salah satu teknologi yang digandrungi masyarakat adalah gadget, dengan gadget yang menampilkan berbagai ragam aplikasi yang menyenangkanseperti game on line untuk anak-anak, WhatApp, facebook, dan berbagai alat media sosial ditawarkan dapat menghambat dan menjadi tantangan bagi berkembangnya perpustakaan maupun taman bacaan.

Betapa banyak anak-anak sekarang kurang kepedulian sosial karena pengaruh teknologi tersebut, begitu pula kepedulian orang tua terhadap anaknya padahal keluarga adalah madrasah pertama dan kawah candradimuka bagi pembentukan karakter sekaligus basis pendidikan seorang anak, tidak sedikit orang tua yang merasa bangga apabila anaknya telah menguasai memainkan berbagai macam aplikasi dalam gadget, kecanduan anak terhadap gadget justru disebabkan oleh paradigma orang tua yang menganggap gadget merupakan simbol modernisasi.

Orang tua dahulu memperkenalkan kita untuk senang membaca dengan mengajak ke perpustakaan, bahkan guru disekolah untuk mengenalkan perpustakaan. Dengan berbagai macam lomba diantaranya anak membaca  buku yang dipinjam dari perpustakaan dan anak menulis dan menceritakan kembali yangdibaca, hal seperti ini menjadikan perpustakaan menjadi arena membaca dan menuis serta tempat bersosialisasi anak, keadaan sekarang hanya orang tertentu yang ke perpustakaan. Biasanya yang berkunjung ke perpustakaan hanya anak sekolahatau mahasiswa yang karena tugas sekolah, kuliah, sehingga perpustakaan bukan tempat yang populer untuk membaca dan menambah ilmu.

Keluarga merupakan basis yang terbaik bagi pendidikan anak, oleh karena itu penanaman budaya baca perlu keteladanan dan contoh dari orang tua. Dimana pembiasaan membaca dimulai sejak anak usia dini, hal ini bisa diujudkan misalnya ketika sikecil ulang tahun diberi hadiah buku cerita, bukan makanan atau hadiah lain dengan harapan buku bisa dibacakan orang tua atau di dongengkan kembali.

Manfaat setiap hari membacakan buku cerita/dongeng bagi anak – anak diantaranya anak menjadi lebih terbuka kepada kepada orang tua. Hubungan batin anak dengan orang tua lebih baik, dongeng menanamkan nilai - ni–ai keteladanan dan memperbanyak kosa kata.

Berdasarkan hal tersebut perlu aksi untuk membangkitkan kembali budaya baca kepada anak-anak Kabupaten Magelang khususnya. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan adalah anggaran belum teranggarkan dikarenakan belum masuk Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2018. Perlu koordinasi dengan instansi terkait dan kerjasama dalam pembinaan, penyelenggaraan, dan pemantauan, sehingga ada keterpaduan pelayanan kepada masyarakat. Perlu pemahaman yang sama dan terpadu dalam penyelenggaraan kegiatan, sehingga semua instansi terkait saling melengkapi dalam penganggaran dan pembinaan.

Hasil yang diharapkan dengan kegiatan yang terpadu adalahsetiap warga masyarakat wajib membudayakan budaya baca dalam kehidupan sehari-hari. Serta dapat memanfaatkan secara maksimal semua perpustakaan, Taman Bacaan Masyarakat, pojok baca, yang ada di Kabupaaten Magelang.



Post a Comment

أحدث أقدم
ads banner
ads banner